27 October 2008

Dave

Kalaulah ada yang memintaku membuat daftar 10 orang yang paling kukagumi yang pernah kutemui, Dave pastilah salah satu yang ada di daftar tersebut.
Siapa Dave? Dave bukan siapa-siapa, nama belakangnya pun aku tak tahu. Dia salah satu sopir bus yang menjalani rute dari tempatku tinggal ke Uni, ke stasiun, dan ke mall saat aku menetap di wollongong 15 tahun yang lalu. Dave adalah sopir yang biasa-biasa aja, bukanlah sopir yang disiplin dan jago dalam mengemudi, bukan juga yang bisnya paling bersih, juga bukan sopir yang sangat sopan... aku bahkan pernah mendengarnya memaki pengendara jalan yang menghambat walaupun dia tahu banyak wanita, yang sudah berumur pula, sedang berada di dalam bisnya. Di luar mengemudi bis, aku tak tahu banyak tentang kegiatannya. Yang kutahu hanyalah dia pernah bekerja di bank, dan dia punya seorang istri dan 3 anak perempuan lucu yang sering melambaikan tangan setiap bis Dave melewati depan rumahnya.
Jadi mengapa Dave bisa berada dalam daftarku? Apa istimewanya? Pertama kali menaiki tangga busnya dalam perjalanan pertamaku menuju kampus dari halte dekat tempatku tinggal, Dave tersenyum dan menyapa ramah, "howd you doing?" khas Down-under, ditambah sedikit komentar tentang cuaca hari ini. Aku menjawab sekenanya, sambil membayar dan menerima tiket. Kupikir karena penumpang masih sedikit dia bisa menyapaku, namun sepanjang pemberhentian tiap orang yg keluar masuk bis selalu disambut dengan senyum dan sedikit sapaan. Tiap orang, tidak peduli putih, kuning, hitam, merah, tua, muda, anak2, laki, perempuan, selalu disapa. Bahkan pada peak-hours pun dia tetap menyempatkan diri senyum dan menyapa. Kadang dia keluar dari tempat duduknya membantu penumpang senior turun atau naik bis, kadang juga dia sedikit membelokkan bisnya agar penumpang senior bisa lebih aman turun dan menyebrang jalan. Kurang disiplin? mungkin, tapi waktu sampainya di halte biasa2 aja, bukan langganan terlambat.
Hampir dua tahun aku menjadi langganan bis. Bila Dave kebetulan sedang bertugas, sapa dan senyumnya selalu menyambutku. Sapa dan senyum yang walau singkat tidak terasa basa basi atau standar seperti yg sering kita dapatkan pada resto cepat saji. Sapa dan senyum yang tulus dari seorang sopir bis di tengah keriuhan suasana asing di sekitarku ternyata dapat membuatku merasa tidak sendiri. Setelah beberapa lama kutahu dari obrolan ringan terutama sesama mahasiswa asing, ternyata bukan aku sendiri yang merasa seperti itu. Banyak temanku yang merasa Down-under terasa lebih friendly berkat Dave.
Dalam satu pembicaraan saat bis tidak terlalu ramai, Dave cerita bahwa sebelumnya dia bekerja di bank, tapi merasa pekerjaan tersebut tidak terlalu membantu sesama. Dengan menjadi supir bis, kelihatannya dia bahagia mampu mengganti muka2 ragu dan kuatir karena merasa sendiri dan terasing menjadi muka2 yang cerah. Bahagialah Dave, dan bahagialah juga aku dan teman2ku yang mengenal Dave.
Ternyata, membuat orang lain merasa bahagia itu mudah. Senyum yang tulus adalah kuncinya, terutama bila orang tersebut terlihat merasa terasing dan sendiri. Selain itu, buatku sendiri, di tengah maraknya kemarahan terhadap Australia beberapa tahun lalu, aku tetap mengenang Down-under dengan Davenya....
Itu pelajaran berharga yang kudapatkan dari Dave, sopir bis di Wollongong... Dampak senyum dan sapa tulus anda mungkin tak terbayangkan...dan tak lekang....

No comments: