12 September 2008

Batu Empedu-ku

Sudah beberapa tahun aku kerap mengalami rasa sakit hebat di sekitar dada atas bagian kanan ( di bawah tulang iga), yang kemudian menjalar kearah punggung, tulang belikat sebelah kanan. Kadang dada atas terasa bengkak dan nyeri bila dipegang. Serangan sakit ini terjadi malam hari bila sehari sebelumnya makan uenaak. Bila serangan ini datang, tidak ada posisi yg cukup nyaman untuk mengurangi rasa sakit, selain menikmati sakitnya, sampai serangan mereda sendiri. Biasanya serangan berlansung selama 4 – 6 jam dan paginya sudah tidak terlalu terasa. Serangan ‘hanya’ semalam ini membuatku malas melaporkan hal ini ke dokter karena setiap mau ke dokter sakitnya sudah tak terasa.
Bulan April 2008, aku iseng melakukan general check up, periksa darah dan urine. Hasilnya yg baik-baik saja membuatku kurang percaya. Saat konsultasi ke dokter jaga, kuceritakan salahsatu keluhan yang kadang kuderita, dokternya menyarankan untuk melakukan USG. Dari USG, ditemukan adanya batu di empedu yg besarnya 1.8 cm. Pada konsultasi lanjutan dokter kuberondong pertanyaan: apa itu batu empedu, apa fungsi empedu, apakah dapat menyebabkan kematian, kok bisa terjadi padaku, apa penyebabnya, bagaimana pengobatannya, apa pantangannya, apa akibatnya bila tidak diobati, apa yg harus dilakukan bila selesai diobati, dan lain sebagainya.
Dokter menjelaskan bahwa batu empedu umumnya tidak mengancam jiwa. Batu adalah kristal yg terbentuk akibat akumulasi kolesterol. Karena ada di empedu dia menghalangi keluarnya cairan empedu yg diperlukan untuk mencerna lemak. Prosedur yg umum untuk mengatasi serangan batu empedu adalah dengan membuang batu empedu beserta kantung empedunya melalui operasi. Lha tidak bikin mati kok harus pake buang empedu segala, pikirku. Jangan2 aku bisa mati gara2 tidak punya kantung empedu. Bu dokter menyarankan aku konsultasi ke internis gastro.


Apa itu empedu dan batu empedu: Walau beberapa kali dengar tentang operasi batu empedu, aku tetap penasaran mengenai metoda pengobatan medik lainnya serta apa yg terjadi terhadap manusia tanpa kantung empedu. Aku mulai mencari informasi lewat yahoo health dan berikut ini yang kudapat:

  • Empedu adalah kantung kecil di bawah hati, berfungsi untuk menyimpan cairan empedu (bile) yang dibuat hati (liver). Cairan empedu berguna untuk mencerna lemak. Cairan empedu mengalir dari kantung empedu ke usus kecil melalui saluran cyctic duct dan common bile duct.
  • Batu empedu adalah batu yang terbentuk di dalam kantung empedu . Batu tersebut terbentuk bila kolesterol dan zat-zat lain yang terkandung dalam cairan empedu (bile) membentuk kristal dan menjadi batu yang mengeras di dalam empedu. Kristal ini dapat terbentuk bila terdapat terlalu banyak kolesterol di dalam cairan atau bila empedu tidak kosong seperti seharusnya Ukuran batu beragam, dari butiran pasir sampai bola golf.
  • Sebagian besar batu empedu tidak menyebabkan masalah. Problem paling umum dari batu empedu terjadi bila batu menyumbat saluran empedu (cyctic duct) yang menyebabkan rasa sakit akibat kantung empedu membesar dan berkontraksi (cholecystitis)
Gejala serangan batu empedu: Informasi yang menarik adalah ternyata banyak orang yang mempunyai batu empedu tapi tidak pernah merasakan gejala serangannya. Orang yang kurang beruntung umumnya measakan gejala yang sering kurasakan di atas. Lebih lengkapnya berikut petikan dari yahoo-health.
  • Serangan kolik biliari dengan rasa sakit di pusat bagian atas atau bagian kanan atas dari perut (di bawah iga), yang dapat menjalar ke punggung atas atau belikat bagian kanan
  • Rasa sakit berkembang tiba-tiba di ulu hati/perut kanan atas dan menjalar ke punggung. Tidak nyaman dalam posisi apapun.
  • Sulit bernafas normal atau panjang
  • Umumnya terasa sakit selama 1-6 jam, tapi bisa juga hanya 15 menit atau 24 jam.
  • Sakit mulai terasa pada malam hari dan membuat terbangun.
  • Terjadi setelah makan.


Batu empedu dapat menyebabkan infeksi dan pembengkakan kantung empedu (acute cholecystitis) dan penyumbatan batu empedu pada saluran empedu utama (common bile duct) dapat menyebabkan pembengkakan pancreas (pancreatitis). Pembengkakan dan kantung empedu dan penyumbatan saluran empedu utama (common bile duct) mempunyai gejala sama dengan gejala batu empedu disertai: demam dan panas dingin, Kulit dan bagian putih dari mata tampak menguning, Muntah yang bisa mengurangi sakit dan tekanan pada perut, Urine yang berwarna gelap, Faeces (AB) yang berwarna pucat. Muntah dan demam panas dingin sering kurasakan juga bila terkena serangan. Jadi kelihatannya batu empeduku sudah pada tahap yg lumayan.

Tapi kenapa aku? Katanya tumpukan kolesterol, tapi kolesterolku tidak tinggi-tinggi amat. Memang 5-10% di atas normal. Tapi kan masih banyak orang dengan kolesterol di atas ku tapi tidak terkena batu empedu, terlebih lagi aku juga tidak menjadi bagian dari yang beresiko tinggi terkena batu empedu. Aku punya satu teori sementara dan satu keyakinan dalam menjawab pertanyaan ‘kenapa aku’ di atas.
  • Teori pertama, kuasi ilmiah: kecendrungan dan sensitifitas tiap orang beda dalam mengakumulasi kolesterol. Kolesterol yg terukur adalah yg ada di dalam darah, yg terakumulasi jadi Kristal tak terukur. Penguat teori ini, aku juga punya benjolan di kelopak mata yg harus dibakar beberapa bulan sekali. Dokter kulitku bilang itu akibat penumpukan kolesterol (juga). Jadi kolesterolku punya kecendrungan berdiam, sementara kolesterol orang lain jalan-jalan? (ada yg bisa ngasih penjelasan?)
  • Keyakinan: gimana amalku. Amalku dinilai tinggi, Allah ngasih ujian biar aku naik kelas. Amalku dinilai rendah, Allah ngasih selentikan agar sadar (Ampuni dosaku ya Allah)

Lepas dari teori di atas, menurut yahoo-health, berikut ini adalah orang yang beresiko lebih tinggi untuk terkena batu empedu:

  • Perempuan, perempuan punya kemungkinan 2 kali dibanding pria
  • Lebih tua dari 55 tahun.
  • Berat badan berlebih obesitas
  • Mengikuti program diet cepat. Batu empedu muncul pada 25% peserta
  • Kadar HDL (kolestreol baik ) rendah dan triglycerides tinggi
  • Mempunyai penyakit di usus halus /besar, cirrhosiss dan sickle cell
  • Memiliki sejarah keluarga dengan batu empedu
  • Hamil.
  • Menggunakan estrogen (setelah menopause) atau pil KB dosis tinggi.
  • Menggunakan obat octreotide atau obat penurun kolesterol
  • Tidak atau sangat sedikit berolahraga.
Penanganan Batu empedu: Apa boleh buat, lepas dari beresiko atau tidak, faktanya si batu sudah bersarang di empeduku. Gejalanya sudah pula kunikmati. Bagaimana penanganan medisnya? Ada 3 kemungkinan:
  • Tanpa Penanganan: Batu empedu yang tidak menimbulkan gejala. Jadi bila anda tanpa sengaja menemukan adanya batu pada empedu anda, misalnya saat di USG pada pemeriksaan kehamilan atau kecelakaan, tidak perlu panic dan cepat-cepat minta di operasi kecuali kalo ada ingin membuat batu cincin. Cukup ucapkan puji syukur kepada Yang Maha Kuasa. Mengapa? Karena batu empedu yg tidak menimbulkan gejala apapun biasanya akan tetap begitu
  • Menunggu (Watchful Waiting): batu empedu yang menimbulkan gejala dan menunggu apakah gejala tersebut terulang lagi. Hal ini dilakukan bila Serangan kolik yang pertama dengan rasa sakit tidak terlalu berat; Tidak terjadi komplikasi seperti tersumbatnya saluran; Tidak beresiko tinggi terjadinya problem di masa depan. Tindakan lanjutan baru dilakukan setelah mendapat serangan kedua atau serangan yg lebih berat. Mengapa? Karena statistic menunjukkan 1 dari 3 orang yang mengalami serangan gejala yang pertama tidak pernah mengalami serangan lanjutan. Mengapa harus mengorbankan kantung empedu untuk sesuatu yang mungkin tidak pernah terjadi lagi.
  • Pembedahan (Surgery): Bila serangan berat atau yang kedua, dokter menyarankan pembedahan kantung empedu. Serangan kedua menunjukkan kemungkinan serangan lanjutan. Ada 2 jenis pembedahan kantung empedu: Laparoskopik dan Pembedahan terbuka. Pembedahan laparoskopik (laparoscopic surgery) dalam banyak kasus, merupakan metoda terbaik yang paling banyak digunakan. Dalam metoda ini dokter bedah membuat beberapa irisan kecil di perut untuk mengambil kantung empedu. Pembedahan terbuka (cholecystectomy) membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dan rasa sakit yang lebih berat karena luka operasi yang lebih besar. Dokter bedah mengambil kantung empedu dengan irisan tunggal yang cukup besar di perut, dibawah batas iga kanan atau di tengah perut bagian atas (antara pusar dengan ujung tulang dada)
Dokter akan mengkaji tingkat keparahan serangan dan membantu memutuskan tindakan yang harus dilakukan. Obat-obatan dan metoda lain sangat jarang digunakan karena kurang efektif (50% batu empedu kembali dalam kisaran 2 tahun setelah pengobatan), dan hanya digunakan pada orang yang beresiko pada pembedahan.

Apa yang dilakukan dokter dengan batuku? Setelah beberapa kali diskusi dengan internis gastro maupun dokter bedah gastro, akhirnya diputuskan kantong empeduku yang berbatu akan diambil dengan pembedahan laparoskopik (laparoscopic surgery) pada pertengahan juni 2008.
Pada D-day, sekitar jam 9.00 aku didorong ke ruang operasi, dibius dan mulaila sidoketer beraksi. Pertama, dokter membuat irisan kecil dipusarku dan memasukkan kamera mikro terhubung video monitor ke perut bawah. Dokter kemudian mengembungkan perut dengan gas yang dimasukkan lewat jarum yang mendorong dinding perut sehingga dokter dapat melihat organ-organ di perut dengan lebih jelas. Dengan bantuan video monitor ,dokter memasukkan alat-alat bedah melalui 2 irisan kecil lain, satu di ulu hati (1 inchi) dan satu lagi di kanan sejajar perut (1cm). Melalui monitor mulailah sidokter beraksi memotong dan menggunting untuk mengeluarkan kantung empeduku. Operasi berjalan kurang lebih 2 jam. Informan menyatakan dokter sudah lapor pada pukul sebelas. Tapi aku sendiri baru mulai sadar sekitar jam 12. Ternyata, walaupun direncanakan laparoskopi, anastesi yang diberikan sudah mengcover kemungkinan switch ke bedah terbuka. Umumnya bedah terbuka dengan sayatan tunggal yg jauh lebih lebar (15 – 20 cm) dilakukan bila ternyata ternyadi pembekakan dan infeksi hebat pada kantung empedu atau salurannya. Dokter juga menyatakan batuku akan diperiksa ke pathology. Hasil pemeriksaan yg kudapat seminggu kemudian menunjukkan semua baik-baik saja.
Setelah sadar diri aku mendapati perutku ditambal dengan 3 buah tensoplast, di pusar, ulu hati dan kanan bawah. Rasa tidak enaknya tidak berbeda dengan beberapa kali operasi yg pernah kujalani sebelumnya. Hanya saja keinginan pulang keesokan harinya terpaksa ditunda sehari akibat kadar HB sedikit menurun, mungkin terlalu banyak ngoceh pada jam bezoek. Seminggu kemudian aku control ke dokter bedah. Tensoplast dilepas dan aku dinyatakan sembuh. Tiga minggu setelah operasi aku beraktifitas hampir normal. Hal yang belum berani kulakukan setelah sebulan hanyalah berenang dan tengkurap terlalu lama.

Hidup tanpa empedu: Setelah bedah pengambilan batu empedu, cairan empedu mengalir langsung dari hati/liver (tempat pembuatan cairan empedu) melalui saluran empedu utama langsung ke usus kecil. Saluran empedu utama biasanya akan mengalami sedikit pembesaran. Karena tidak ada kantung empedu, tubuh tidak lagi dapat menyimpan cairan empedu diantara waktu makan. Hal ini katanya akan menyebabkan perubahan kecil dalam bagaimana tubuh mencerna makanan, tapi aku tidak terlalu merasakan efeknya. Yang jelas gangguan sakit yang dulu kualami tidak lagi terjadi.
Menurutku, karena tidak bisa mencerna lemak dengan baik, banyak lemak yang tidak tercerna alias numpang lewat dan keluar lagi. Akibatnya efek lemak menjadi kurang terasa setelah operasi, alias aku menjadi lebih susah gemuk. Tapi hal ini masih butuh pembuktian oleh waktu. Kalau ternyata benar, mungkin kita menemukan metoda penurunan berat badan baru. Ada yg mau coba?
Tidak ada diet atau penanganan khusus lain setelah operasi, walau dokterku menganjurkan mengurangi kolesterol dan daging-merah. Hal ini kelihatannya terkait dengan batu empedu dapat muncul di saluran empedu utama bertahun setelah pembedahan, walaupun ini sangat jarang terjadi

Resiko tidak melakukan pembedahan: Tidak melakukan pembedahan mengambil batu empedu hanya menimbulkan resiko kecil bagi penderita yang hanya mengalami serangan ringan tunggal. Namun bila telah mengalami lebih dari satu kali serangan, mungkin akan sering mengalami serangan lanjutan. Resiko lainnya mencakup: Serangan kolik biliari yang tidak terduga; Pembekakan dan peradangan pankreas yang dapat mengancam jiwa; Jaundice, kuning pada mata dan kulit akibat tersumbatnya salurang empedu utama; Hubungan tidak normal (fitsula ) antara kantung empedu dan usus besar.

Pencegahan: Tidak ada cara pasti mencegah batu empedu. Mengurangi kemungkinan menjadi orang beresiko mungkin hal bijak yang bisa kita lakukan.
  • Jaga berat badan, penurunan berat badan sengaja diikuti penambahan berat badan tanpa sengaja meningkatkan resiko batu empedu terutama pada wanita.
  • Lakukan diet pelan, target turun maksimum 0.7 kg /minggu. Hindari program diet kelaparan atau instan, kalau mengikuti program semacam ini pastikan ada dalam pengawasan dokter profesional.
  • Makan teratur dengan menu seimbang, makan teratur yang mengandung sedikit lemak (mengosongkan kantung empedu) membantu pencegahan. Makan banyak serat dan teratur mengkonsumsi kalsium (sayuran hijau dan susu), Batasi lemak jenuh (hewan) dan kolesterol tinggi
  • Olahraga Teratur, olahraga teratur mengurangi resiko pengambilan kantung empedu. Olahraga 2-3 jam perminggu mengurangi resiko 20% pada wanita. Lari 2-3 jam perminggu mengurangi resiko 30% pada pria.
  • Penggunaan Estrogen dengan konsultasi, penggunaan hormon estrogen setelah menopause dan pil KB dosis tinggi dapat mempertinggi resiko. Diskusikan dengan dokter profesional.




1 comment:

Anonymous said...

Perkenalkan nama saya bayu dari malang. Kalau boleh tahu ibu terkena batu empedu di usia berapa?